Dulu kita pernah terkagum-kagum dengan pesona elok dari album debut fenomenal ini. Bertahun-tahun kita mencandu album itu, merasakan daya magis gemerlap dari band asal Bekasi ini. Namun, mau tak mau segala pesona itu mulai memudar ditelan waktu yang terus mengabur. Semakin sering diputar daya magis itu makin meredup, seiring dengan mulai jarangnya mereka tampil di publik. Kekecewaan dan keinginan yang tak lelah terngiang di udara mengharap album kedua, namun band ini tak jua bergeming. Sampai beberapa tahun kemudian mereka merilis EP, hasrat para penggemar sama sekali tak pernah terpuaskan. Pun dengan mulai aktifnya mereka kembali ke panggung. Tanda-tanda untuk membuat rilisan selanjutnya semakin terhalang tabir hitam, hingga penggemar putus asa dan mulai menganggap band ini hanya angin lalu. Album Rasuk dinilai sebatas one hit wonder, yang pada akhirnya akan lapuk terkikis debu dan sarang laba-laba di lemari kumuh para kolektor barang antik.
cover album Rasuk
Sebuah kebetulan ketika beberapa tahun terakhir band ini
kembali rajin manggung, menggunakan formasi baru, dengan nafas yang baru
tentunya. Perlahan demi perlahan harapan itu kembali dirajut, dengan puncaknya
di tahun ini ketika mereka diundang tampil di event-event besar seperti WTF 16
dan lainnya. Rupanya semesta yang licik telah berkonspirasi untuk mempertemukan
asa penggemar dengan hasrat band ini untuk merilis album barunya. Sekitar
beberapa minggu lalu, band bernama The Trees And The Wild ini resmi mengumumkan
akan merilis album kedua berjudul Zaman, Zaman pada 16 September 2016, tepat tujuh
tahun setelah perilisan album debut berjudul Rasuk. Rentang waktu yang cukup
lama untuk membuat kita terharu melihat band ini masih eksis dan berkarya. Band
yang tak bosan dinaungi langit yang keruh oleh harapan naif penggemar yang
ingin agar mereka menciptakan Rasuk 2.0. Kenyataannya, tujuh tahun cukup untuk
membuat The Trees And The Wild bertransformasi dari band yang memainkan musik
folk yang catchy menjadi pengusung musik distorsi yang cenderung mengarah ke post rock. Benarkah itu? Mari kita tengok album Zaman, Zaman ini.
Perilisan album baru ini didahului oleh single pertama
Zaman, Zaman. Lalu disambung oleh single selanjutnya Empati Tamako dan Srangan.
Zaman, Zaman sendiri berperan sebagai gerbang pembuka menuju album yang
bernuansa gelap ini. Sebuah track yang menghipnotis, membawa kita seakan terbang menuju sisi lain dunia yang asing namun begitu
nyaman. Suara bising yang berperan sebagai fondasi bagi keseluruhan lagu terdengar
sangat natural, seolah-olah merupakan visualisasi emosi alam raya ini. Di beberapa
lagu vokal Charita Utami yang berkarakter membuat
album ini semakin berwarna, seperti di Empati Tamako. Sebuah simfoni selama 14
menit yang membuat kita berlayar ke ujung terjauh di dunia ini, menikmati alam
raya yang ikut mendayung bersama kita. Sesuai dengan lirik di lagu ini,’kesedihanmu
akan pergi terhempas angin selatan, yang penuh debu, terbawa sampai ufuk timur terjauh’.
Transisi antara satu lagu ke lagu yang lain juga begitu mulus. Contohnya adalah
lagu Srangan dan Roulements yang berperan sebagai jembatan dengan durasi yang
singkat namun tetap menawan. Sisa lagu kebelakangnya
seperti Monumen dan Tuah Sebak memiliki tempo sedikit upbeat yang kemudian
ditutup dengan sempurna oleh Saija yang
berkarakter kuat dan tepat untuk menyudahi perjalanan dimensional kita menyelami
kemegahan Zaman, Zaman.
Satu kata untuk Zaman, Zaman, memuaskan! Penantian selama tujuh tahun untuk album ini terbayarkan sudah. Perubahan genre yang lumayan drastis tidak
menyurutkan kemampuan band ini untuk meracik lagu yang berkualitas. Zaman, Zaman membawa kita berjelajah ke alam
lain yang tak akan terjamah oleh apapun. Daya magis Zaman, Zaman wajib diacungi dua jempol, sama seperti pendahulunya Rasuk. Dan dengan hadirnya
Zaman, Zaman kita akan menemukan perbedaan
mendasar antara keduanya yang membuat mereka sama-sama dahsyat. Karena Rasuk
dan Zaman, Zaman adalah dua sisi tongkat sihir dari The Trees And The Wild yang
sama-sama punya kekuatan untuk menyihir telinga dan menyulap kita menjadi
penjelajah alam dan waktu multidimensi.
Nive shoot. I love the way you describe this album, dude.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteUdah dengerin single Zaman, Zaman dan memang nuansa post-rocknya kental.
ReplyDeleteLove it.
Di album ini hampir semua lagu bernuansa post-rock atau hanya sebagian saja?
Sebagian besar kak :)
Delete