whiteboardjurnal.com
17 April 2016, konser yang merupakan rangkaian tur dari Go Ahead People bertajuk A Create ini menampilkan deretan musisi yang sedang panas-panasnya
saat itu, seperti Barasuara, Kelompok Penerbang Roket, dan Danilla. Selain itu tampil pula
musisi-musisi pertengahan 2000-an yang sedang kembali bergairah belakangan ini seperti
The Adams dan Goodnight Electric dan band yang sudah tak diragukan lagi kiprahnya
di kancah musik nusantara yaitu White Shoes dan The Upstairs.
Hujan yang mengguyur dari siang hari tak menghalangi
antusiasme penonton untuk datang ke Gudang Sarinah. Jam dua siang puluhan
penonton sudah menunggu di luar, menunggu gerbang yang seharusnya dibuka saat
itu. Gerbang baru dibuka sejam setelahnya. Di dalam ruangan tersaji berbagai
macam pameran dan hiburan, beberapa diantaranya adalah lukisan mural, ruangan
yang didesain khusus buat spot foto pengunjung, dan pameran foto dari
fotografer terkenal. Namun, fokus semua hadirin tentu hanya pada band-band yang akan menyemarakkan panggung Sarinah nantinya.
Pertama kali tampil adalah band alternatif rock bernama
Scaller. Band yang terdiri dari duet sejoli Stella Gareth dan Reney Karamoy dan
dibantu oleh seorang drummer tambahan tampil mengejutkan sore itu. Dengan
lagu-lagunya yang mayoritas bertempo upbeat, Scaller berhasil mencuri hati
khalayak. Mereka membawakan seluruh lagu
dengan set yang rapi, dan Stella yang mampu menjaga vokal uniknya tetap stabil
dan penuh energi hingga akhir set.
Selang tidak terlalu lama, giliran White Shoes And The
Couples Company menunjukkan kebolehannya. Kesan vintage begitu terasa ketika
mereka naik ke atas panggung. Aprilia Apsari sang frontman sekaligus dirigen
permainan WSATCC begitu lincah membawakan bait demi bait sembari meliuk gemulai
menyesuaikan dengan irama. Penonton pun kompak menyanyikan lagu-lagu WSATCC
yang sudah akrab di telinga.
Setelah WSATCC turun panggung, tibalah giliran si manis
Danilla untuk tampil. Kali ini dia membawa serta pianis yang juga mantan
personel Sore yaitu Mondo Gascaro, yang sebelumnya pernah berkolaborasi
dengannya di beberapa festival, termasuk Music Gallery beberapa bulan lalu. Pemandangan
menarik langsung tersaji saat keduanya menaiki arena panggung dengan pakaian
Kimono khas Jepang. Tembang-tembang andalan dari album Telisik pun dimainkan,
diiringi penampilan live band. Selain itu mereka juga membawakan cover dari
lagu musisi luar negeri. Sayangnya, Danilla tampak kurang maksimal sore itu
karena dia sedang flu, sehingga set dia kurang lama dibanding penampil-penampil
sebelumnya.
sebelumnya.
Selepas penampilan Danilla dan kolega, adzan Magrib berkumandang sehingga diberlakukan break sampai adzan Isya. Di sela-sela istirahat itu, ada satu penampilan kejutan dari sebuah band bernama Fourtwnty, yang bahkan namanya di flyer acara itu pun tidak ada. Namun begitu, Fourtwnty segera sigap untuk mengajak penonton kembali ke ruangan utama konser untuk menikmati sajian pop folk ala mereka. Penampilan Fourtwnty memang sangat membius. Terutama Ari Lesmana sang vokalis yang berpakaian nyentrik dan begitu temaram menenggelamkan diri bersama lagu-lagu yang dibawakannya dengan syahdu.
Selepas Fourtwnty turun panggung,giliran The Adams yang
tampil. Band power pop legendaris Jakarta ini benar-benar membawa romansa
nostalgia pertengahan 2000-an bagi penonton. Tembang-tembang sarat kenangan seperti
Konservatif, Hanya Kau, dan Jikalau dibawakan secara apik diiringi koor
penonton yang sebagian besar sudah hafal lagu-lagu The Adams. Ario, sang
vokalis berkata bahwa tahun ini The Adams bakal lebih sering tampil dibanding
tahun-tahun sebelumnya yang hanya satu dua kali tampil dalam setahun. Bisa jadi
ini merupakan pertanda angin segar bagi The Adams untuk merilis follow up album yang
terakhir kali diluncurkan tahun 2007 lalu.
irockumentary.com
Selepas bermesraan dengan nostalgia ala The Adams, trio
rebel Kelompok Penerbang Roket naik ke atas panggung untuk mempertontonkan keganasannya. Band
rock ini langsung mengentak seisi ruangan dengan pekikan menusuk relung, dentuman
dan raungan instrumen yang berpadu menghajar seisi Gudang Sarinah. Penampilan liar Coki dkk di atas
panggung mendorong penonton untuk membuat mosh pit di tengah crowd. Beberapa
orang lainnya melakukan crowdsurfing
disana. Hal ini memaksa penonton perempuan didorong ke baris terdepan agar
tercegah dari amuk mosh pit penonton yang sudah terlanjur tak terkendali. Agak
lucu melihat penampilan band segahar Kelompok Penerbang Roket disesaki oleh
penonton wanita di barisan terdepan crowd. Tapi hal itu memang terjadi. Salah
satu teman menjadi tameng penonton wanita dengan mencegah ayunan kaki-kaki orang
yang sedang crowdsurfing atau dorongan mosh pit dibelakangnya. Penampilan KPR
memang yang terbaik malam itu. Energi yang mereka tularkan bertransformasi
sempurna menjadi bara dan lentera yang
memiliki efek magis bagi penonton untuk penampil selanjutnya: Barasuara.
dokumentasi pribadi
Barasuara seperti biasa tampil dengan penuh tenaga. Si
lincah Gerald Situmorang terus memompa tempo lagu dengan cabikan bassnya.
Begitupun dengan sang drummer, Marco Steffiano yang dibantu adiknya Enrico yang
sama-sama menabuh drum. Formasi inilah yang dibawa Barasuara sampai ke tur konser
Taifun bulan Juni lalu. Lagu-lagu dari album debut Taifun yang fenomenal sudah
dihafal dengan baik oleh mayoritas penonton yang hadir. Setiap lagu yang
dibawakan diiringi koor lantang penonton sembari terus dikompori oleh Iga
Massardi sang frontman Barasuara, ‘Kami adalah kalian, kalian adalah kami, kalian semua
adalah Barasuara!’.
Penampilan malam itu ditutup oleh The Upstairs yang
berkolaborasi dengan Goodnight Electric. Duet band yang sama-sama sudah
tersohor jauh sebelum suksesor-suksesorny bermekaran beberapa tahun belakangan.
Bedanya, The Upstairs merajai kancah
dalam negeri, sementara Goodnight Electric lebih dikenal di luar negeri. Kolaborasi
mereka ini cukup menghibur, dimotori oleh Jimi Multhazam yang meskipun tua tapi
tetap mempertahankan gimmick khasnya yang jenaka sekaligus energik di atas
panggung. Trio Goodnight Electric pun tak mau kalah dengan membawakan lagu-lagu
dari album lawasnya dengan sokongan synthesizer yang mendominasi.
dokumentasi pribadi
Seiring dengan berakhirnya kolaborasi The Upstairs dan
Goodnight Electricnya, maka selesai juga konser A Create kali ini. Jarang
sekali band band indepedent lintas generasi seperti ini dikumpulkan dan membuat
pecah Gudang Sarinah. Pun dengan tiket masuk yang tak dipungut biaya serupiah
pun. Sungguh merupakan kenikmatan yang hakiki bagi penonton haus hiburan indie
di akhir pekan. Semoga keseruan keseruan seperti ini dapat terus dilestarikan hingga sisa hayat bermukim di badan.
0 komentar:
Post a Comment