Semakin suksesnya sebuah film, maka semakin kuat tendensi
pembuatnya untuk membuatkan seri sekuelnya atau prekuelnya. Yang menjadi target
tentu saja film lanjutannya harus sesukses atau melebihi film pertamanya. Dan
yang jadi pertanyaannya adalah apakah film lanjutannya tersebut bisa menyamai
kualitas film pertamanya tanpa mengabaikan sisi kesinambungan ceritanya?
Insidious Chapter 3 menceritakan sesaat sebelum Elise
Rainier (Lin Shaye) tewas dan menjelma menjadi hantu gentayangan dan meneror
beberapa orang.
Saat masih hidup, Elise adalah seorang paranormal yang
dimintai pertolongan untuk melakukan komunikasi dengan roh orang yang sudah
mati. Tujuan komunikasi tersebut adalah untuk membantu seorang gadis (Stefanie
Scott) yang diteror oleh roh jahat. Namun tanpa diketahui sebabnya, Elise
menjadi ragu untuk menggunakan kekuatan supranaturalnya itu.
Insidious Chapter 3 tidak lagi disutradarai oleh James Wan,
melainkan oleh Leigh Whannel. Kini James Wan berperan sebagai produser. Jujur
saja, semenjak mengetahui bahwa Insidious 3 tidak lagi dibesut oleh Wan, saya
sedikit pesimis tentang kualitas film ini. Seperti yang kita tahu, James Wan
sudah teruji kehebatannya dalam membesut film horror , sebut saja kedua film
Insidious( walaupun saya cukup kecewa dengan film keduanya) dan si fenomena The
Conjuring, yang kini menjadi tolok ukur bagaimana sebuah film horror dapat
dikatakan bagus atau tidak. Namun, anggapan awal itu buyar ketika trailer resminya dirilis di
Youtube. Setelah menonton trailer dengan durasi satu setengah menit itu saya
menjadi yakin bahwa Insidious Chapter 3 akan menjadi film yang terbaik dibanding
dua film sebelumnya, sesuai dengan tagline yang diusung, ‘The Darkest Chapter Will Goes Back to Beginning’. Hmm..menarik
bukan?
Dan pada kenyataannya, Insidious Chapter 3 benar-benar
gagal. Bukan saja gagal untuk menyamai level seramnya Chapter 1 dan 2, tapi
Chapter 3 juga gagal total dalam segi cerita.Dari alur hingga ending semuanya
terasa janggal jika dihubungkan dengan dua film sebelumnya.Dan, entah kenapa
Chapter 3 seakan mengulangi kesalahan yang dilakukan di Chapter 2, diantaranya setan
yang terlalu sering dimunculkan(mirip film-film Indonesia), dan komedi yang lagi-lagi dibawakan oleh dua pengusir hantu idiot Tucker(Angus Sampson) dan Specs(Leigh Whannel) yang tidak penting, bukan
saja memberi banyak waktu bagi penonton untuk ‘bernafas’, tapi juga menjadi tidak sinkron
dengan film secara keseluruhan.Lalu, mengapa filmnya bisa seburuk itu padahal
trailernya sangat menarik? Ya, tidak diragukan lagi, Insidious Chapter 3 adalah
contoh sempurna bagaimana trailer yang bagus dapat menipu penonton. Setelah
film usai saya baru menyadari bahwa trailer satu setengah menit itu sudah
menggambarkan semua adegan terseram dalam film. Oke, beberapa orang bakal
membanding-bandingkan Chapter 3 dengan The Conjuring. Tapi, please, jangan
jauh-jauh dibandingkan dengan awesome-nya The Conjuring. Cukup bandingkan
dengan Chapter 1 dan Chapter 2, dan jelas Chapter 3 merupakan yang terburuk
bahkan jika dibandingkan dengan Chapter 2 yang juga cukup mengecewakan bagi
saya.
Oke, sepertinya saya sudah kehabisan kata-kata untuk
mencaci-maki film ini, karena poin utamanya sudah tersampaikan. Setidaknya, ini
menjadi pelajaran bagi saya dan teman-teman pembaca untuk jangan terlalu
percaya dengan trailer yang menarik. Sesuai dengan pepatah ‘Don’t judge film by its trailer’. Dan
setelah membuang-buang duit untuk menonton film ini, saya masih berharap
setidaknya ada satu film Hollywood yang dapat menyamai level The Conjuring.
Entah itu Sinister 2, atau malahan The Conjuring 2 yang akan tayang 2016 nanti.
Mungkin.
0 komentar:
Post a Comment