Film horor yang berjudul “Haunt”
bercerita tentang sebuah keluarga yang menempati rumah impian. Namun dengan
membawa masalah bahwa rumah itu dikutuk, setelah menyebabkan kematian keluarga
sebelumnya saat menempatinya, hanya menyisakan seorang anak remaja lelaki.
Remaja lelaki berusia 18 tahun
yang kelihatan murung dari keluarga dan tetangga misterius barunya sengaja
membangkitkan sesuatu di rumah tersebut, dan malah membawa masalah baru yang
jauh lebih serius.
Sebuah ide yang klise dimana
setting di sebuah rumah yang berhantu menjadi ide pokok dari cerita film ini.
Yap, semenjak sukses The Conjuring, ide untuk membuat sebuah film horor
berbudget tidak tinggi dengan mengeksplorasi habis-habisan sisi gelap dari
sebuah rumah berhantu menjadi trend film horor akhir ini. Tak terkecuali
Insidious 2, walaupun idenya terbentuk semenjak film pertamanya yang lebih
dahulu dibuat dibanding The Conjuring, tapi kesamaan sutradara yaitu James Wan
membuat nuansa kedua film ini menjadi mirip.
Namun, sebuah ide yang klise seperti diatas
bisa menjadi menarik apabila sisi horor dari rumah tersebut bisa dieksplorasi
habis-habisan tanpa harus repot-repot memikirkan jalan ceritanya mesti seperti
apa, karena penonton datang ke bioskop hanya untuk ditakut-takuti, tak lebih.
Nah justru itulah usaha yang
malah ditinggalkan oleh MacCarter, sang sutradara. Bukannya mengeksplor
habis-habisan rumah yang katanya terkutuk itu, tapi dia malah mengupas sisi
romantisme yang berlebih dari kedua tokoh utamanya, Evan dan Samantha. Dimulai
dari pertemuan mereka yang tak sengaja di tengah hutan, terus dan hampir di
sepanjang film fokus mengarah kepada percintaan mereka. Film ini terlalu banci
untuk bisa dikategorikan sebagai film horor, jika mengingat fokusnya pada Evan
dan Sam, film ini lebih tepat dikatakan drama percintaan remaja dengan setting
rumah yang seram, yang sebenarnya sama sekali gak seram.
Bisa dibilang Mac Carter gagal
dalam usahanya mengeksplor ide yang klise tersebut. Dan kegagalan itu berakibat
fatal. Penonton hanya disajikan drama sehari-hari dari sepasang remaja yang
kasmaran, yang kebetulan sedang membongkar misteri dibalik alat komunikasi dengan hantu
di rumah tersebut. Sebenarnya, kegagalan itu masih bisa diperbaiki dengan
munculnya karakter-karakter kejutan. Awal film sudah menunjukkan arah yang
menjanjikan untuk itu, dimana ada karakter adiknya Evan yang misterius, dan
juga Nyonya Morello yang berperan penting dalam sejarah di rumah tersebut. Tapi
lagi-lagi ekspektasi itu hanya sebatas khayalan kosong, karena endingnya yang
menggantung dan sama sekali tidak menyinggung karakter-karakter potensial
tersebut.
Sepertinya sudah cukup bagi saya
untuk menghina film ini. Dua kata untuk film ini: not recommended. Terutama bagi yang
berekspektasi akan hadirnya film hollywood yang selevel dengan The Conjuring.
Kecewa!
0 komentar:
Post a Comment