Perbuatan Rachel telah
menarik semua perhatian orang di situ, termasuk orang-orang bersenjata itu.
Lelaki yang daritadi menatapku mengalihkan pandangan ke dia. “Ah, siapa
gerangan nona nan cantik ini? Sepertinya dia punya hubungan dengan bajingan
ini. Bagaimana kalau kita bawa dia sebagai jaminan? Hahahaha!!” Lelaki itu
meminta Rachel untuk ikut bersamanya.
“Setuju!!!!”, sahut
mereka sambil menembakkan peluru keatap bus. “Lalu bagaimana dengan bajingan
ini?” , Tanya salah satu dari mereka sambil menunjuk ke arahku. “Habisi saja.”
Sahut sang pemimpin.
Posisiku terjepit
sekarang. Aku tak punya pilihan lain, selain membunuh Janet dengan pisau ini.
Namun, belum saja aku mengayunkan pisau ke lehernya, Janet meronta-ronta dan
menggigit tanganku hingga pisau terlempar.
Dengan sigap,
orang-orang itu mengarahkan senapan ke mukaku. Mendadak, semua yang ada di
penglihatanku berkunang-kunang, lalu gelap sama sekali. Tubuhku seakan-akan
lenyap ditelan kegelapan. Aku tidak ingat sama sekali peristiwa setelah itu.
Samar-samar, beberapa
orang sedang berbincang-bincang di hadapanku. Yang satu, sepertinya berusia
tua, satu lagi berusia seumuran denganku. Mereka berbicara sesuatu yang sangat
penting, menurutku.
Seseorang dari mereka
sepertinya berjalan kearahku, kemudian melepaskan sesuatu yang telah
menggelapkan pandanganku. Dan ajaib, semuanya kembali seperti semula. Kecuali
satu hal.
Aku melihat Agas
berdiri mematung di sebuah ruangan kaca yang sempit dan tertutup rapat. Disebelahnya
ada Ringo. Bukan Ringo, karena yang tersisa hanya baju dan celananya, lengkap
dengan percikan darah disemua bagiannya. Lalu, ada wanita dengan senyum
menyeringai sedang mengasah kapaknya. Itu adalah Janet si jalang.
Dia rupanya menyadari
seseorang telah memperhatikannya dari tadi. Dia adalah aku, dan dia
menghampiriku dengan perlahan, sambil membawa kapaknya yang mengkilap bagai
pasir putih pantai. Tak seperti biasanya, rambutnya tergerai indah dan hitam
mengkilap. Tunggu dulu, ini persis seperti makna bahasa sandi Trimanole di kamar Agas.
Janet menyeringai ke
arahku. Beberapa saat kemudian, aku menyadari bahwa ia mengenakan scarf milik
Ringo. Janet mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya, dan
menunjukkannya didepan mukaku. Kertas itu berisi daftar nama-nama dari semua
teman kita yang ikut dalam study tour. Daftar teratas adalah Ringo, dan daftar
terbawah adalah, aku.
0 komentar:
Post a Comment