Seketika, awan mendung mulai menyelimuti langit sore itu.
Aku mulai menyingkir ke pepohonan rimbun yang ada di seberang sana, sementara
yang lain sibuk mencari-cari jas hujan dan payung yang masing-masing mereka
bawa.
Setelah berhasil menemukan tempat perlindungan masing-masing, kami menunggu sampai hujan
reda. Aku memandangi genangan-genangan air jernih yang terbentuk di atas
rerumputan yang hijau gemerlapan itu. Ah, ingin rasanya untuk sekadar mewadahi
air itu dengan kedua tangan, lalu meminumnya dengan puas. Apalagi, aku belum
minum dari pagi sampai tengah hari ini.
Hari ini adalah salah satu dari rangkaian study trip yang
diselenggarakan sekolah kami. Lokasi trip ini yaitu di Messina, tepatnya
jantung dari pulau paling selatan Italia, yaitu pulau Sicilia. Walau
pantai-pantai pulau Sicilia tidak seindah seperti pantai Anzio atau pantai di
Salerno, tapi setidaknya wisata di pulau ini lebih menarik dan menantang,
Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa pulau ini adalah pusatnya gembong mafia
Negara ini, yang kesohor disebut dengan Cosa nostra itu.
Selepas hujan reda, aku memanggil mereka, Naya dan Rachel
untuk kembali bergabung.
Naya adalah gadis yang berasal dari Milan. Umurnya
lebih muda 1 tahun dariku, dan dia adalah yatim piatu. Orang tuanya tewas dalam
sebuah perampokan, yang menyisakan dia seorang dari keluarga itu. Maka dari
itu, dia agak berbeda dari yang lainnya. Dia memang selalu berwajah ceria, tapi
jauh dalam matanya terlihat bahwa dia masih berkabung atas semua itu. Dia
diasuh oleh kakak iparnya, dan dia adalah murid terpintar di kelas.
Sementara, Rachel adalah gadis yang berasal dari Venesia. Dia
terlahir dari keluarga konglomerat, tapi dia adalah orang yang rendah hati dan
suka menolong. Jarang sekali ditemukan orang yang seperti itu di dunia ini.
Aku sendiri? Aku adalah laki-laki, yang entah kenapa lebih
condong untuk bergaul dengan lawan jenis dibanding dengan sesama. Mungkin
karena pendidikan orang tua, atau apapun. Aku juga tidak mengerti.
Setelah kembali berkumpul, kami pun bergegas menuju kamp
penginapan yang berada sekitar 5 km jauhnya dari tempat kami berada. Tak terasa
memang, rasa penasaran yang begitu besar tentang tempat ini, membuat kami
tersasar sampai 5 km jauhnya.
‘Besok kita ke tempat ini lagi, kita belum selesai kawan!’
Naya seakan-seakan bisa membaca pikiranku.
‘Siap lah, siapa takut!’ , timpal Rachel. ‘Siap komandan!!’,
timpal aku juga.
Kami menghabiskan malam itu dengan minum kopi sampai
beberapa sachet banyaknya. Kami ingin terus terjaga, hingga kami berhasil
memecahkan teka-teki yang kami temukan dari tempat tadi.
Kami tidur berbeda kamar, tapi tidak berjauhan. Setiap kamar
terdiri dari 4 orang, kalau tidak laki-laki semua, ya perempuan semua. Tidak
lain, ini adalah upaya untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan.
0 komentar:
Post a Comment